Free Game Development Program Agate Academy X DTS FGA

Program Overview Program online course ini adalah hasil kerja sama Agate Academy dengan program Kemenkominfo Indonesia, Digital Talent Scholarship Fresh Graduate Academy. Program ini adalah salah satu program pelatihan peningkatan kompetensi bidang Teknologi Informasi & Komunikasi yang bertujuan untuk mempersiapkan para lulusan yang belum bekerja, atau tidak sedang bekerja agar memiliki kompetensi profesional. Diharapkan juga nantinya para lulusan program dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0 dan dapat bersaing baik di industri dalam maupun luar negeri. Course apa saja yang tersedia pada program ini? Program ini menyediakan dua jenis course yang berfokus pada pengembangan game, yaitu basic Game Programming dan basic 3D Game Art. Selain pengetahuan spesifik per bidang tadi, para peserta juga akan mendapatkan pengetahuan dasar berupa Game Development 101. Sedangkan bentuk penyajian materi akan berupa dari self-paced learning  dan online webinar. Selama program langsung juga peserta akan mendapatkan pendampingan dari mentor. Berikut rangkuman masing-masing tema pelatihan. 3D Game Art Pada course 3D Game Art peserta akan mempelajari keterampilan teknis dalam pembuatan aset visual 3D untuk game dan implementasinya dalam game engine Unity. Game Programming Course Game Programming akan menyediakan pengetahuan seputar teknis pemrograman game dan problem solving dalam implementasi pengembangan game. Siapa yang dapat mengikuti program ini? Berikut adalah persyaratan peserta: Warga Negara Indonesia (dibuktikan dengan KTP/KK) Usia maksimal 27 tahun pada saat mendaftar Lulusan D3/D4/S1 atau Mahasiswa Tingkat Akhir (dibuktikan dengan ijazah/SKL/Transkrip Nilai/ Surat Keterangan Sidang). Diutamakan program studi yang Teknik Informatika dan Desain Komunikasi Visual atau yang sejenis. Memiliki kemampuan bahasa Inggris Memiliki kemampuan dasar programming (course Game Programming) Tidak sedang bekerja Lolos Seleksi Administrasi dan  Tes Substansi (online) Mampu menyediakan sarana pelatihan dengan spesifikasi tertentu sesuai dengan persyaratan masing-masing tema pelatihan. Dalam hal ini, yaitu laptop yang kompatibel untuk menjalankan Unity 2020 v3.1 dan Blender v2.93. Berapa biaya yang diperlukan untuk mengikuti online course ini? Program ini akan diselenggarakan menggunakan skema beasiswa Digital Talent Scholarship dari Kemenkominfo, sehingga tidak ada biaya apapun yang dibebankan kepada peserta yang mendaftar maupun peserta terpilih nantinya. Dengan kata lain, program ini gratis. Berkenaan dengan penerimaan, tersedia kuota untuk 250 orang, yang dirinci menjadi 150 untuk course Game Programming serta 100 untuk 3D Game Art. Kapan program ini akan dilaksanakan dan bagaimana alur pendaftarannya? Berikut adalah jadwal rangkaian program mulai dari pendaftaran hingga pelaksanaan. Periode Registrasi 11 April – 18 Mei 2022 Seleksi Administrasi 9 – 13 Mei 2022 Tes Substansi 15 – 27 Mei 2022 Pengumuman 30 Mei 2022 Pelaksanaan Program Juni 2022 Pendaftaran program dapat dilakukan dengan dengan mengunjungi tautan ini untuk Game Programming dan tautan berikut untuk Pelatihan 3D Game Art.

Investment, Good or Bad for Your Game Studio?

Ketika kalian ingin membangun sebuah perusahaan startup, pasti banyak pertanyaan di benak kalian, yang mungkin salah satunya adalah, apakah modal yang dipunya cukup? Biasanya, bagi para penemu usaha yang belum punya cukup modal, mereka akan mencoba mencari modal tambahan yang salah satunya bisa dibilang dengan mencari investor. Tetapi, mungkin yang akan menjadi pertanyaan berikutnya adalah, apakah sebetulnya investasi itu merupakan suatu hal yang baik, atau justru buruk bagi sebuah startup terutama dalam industri game? Beberapa waktu lalu, Indigo Game Startup Incubation (IGSI) mengundang Boy Dozan dari Joyseed Gametribe untuk berbincang mengenai hal yang dipertanyakan tersebut. Singkat cerita, Boy sendiri mendirikan Joyseed Gametribe pada awal tahun 2015 dengan modal hanya 20 juta rupiah. Namun setelah sekitar 3 tahun berjalan, pada tahun 2018, usaha game developer startup ini akhirnya diakuisisi oleh iCandy Interactive Limited. Kala itu, apa yang ada di benak Boy sebagai founder adalah memang dari semenjak awal sudah memiliki visi untuk mencari investor karena tidak memiliki modal yang cukup. Selain itu, ia juga ingin berkontribusi besar bagi kemajuan industri game di Indonesia, tidak hanya menjadi sebuah indie game developer biasa saja. Untuk itu, ia harus membangun sebuah game developer yang dapat berkembang dengan cepat sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang besar juga. Awal mula mencari investor, Boy mengalami banyak rintangan dalam perjalanannya. Selain ia hanya lulusan universitas lokal, portofolio yang dimiliki juga tidak seluar biasa startup lain yang kebanyakan sudah memiliki hasil fantastis. Ditambah dengan fakta kalau seorang investor, biasanya mencari return yang berkali lipat juga dari uang yang sudah mereka tanamkan. Maka dari situ, dalam 3 tahun perjalanan sebelum diakuisisi, ia terus mengasah startup-nya hingga pada akhirnya bertemu dengan iCandy. Sebelum diputuskan diakuisisi, banyak pertimbangan yang harus dipikirkan terlebih dahulu oleh Boy dan timnya pada saat itu. Selain keputusan dari tim mereka sendiri akan menjadi minor, dapat dibilang profit yang didapat pun tidak mungkin seluruhnya akan menjadi milik mereka. Namun melihat iCandy sendiri merupakan sebuah game developer yang sudah lama berkecimpung di industri game, mereka memutuskan untuk menerima penawaran akuisisi tersebut. Dari sekian banyak pertimbangan yang mungkin jadi membatasi gerakan mereka, ternyata banyak kelebihan yang bisa dibilang justru menjadi sangat menguntungkan bagi mereka. Perbedaannya ketika sebuah game developer startup masih berdiri sendiri, ingin membuat perencanaan game apapun, hanya tinggal meyakinkan tim sendiri saja. Lain ketika sudah diakuisisi atau punya investor, pasti kita harus meyakinkan para stakeholder agar perencanaan tersebut dapat dijalankan. Dengan diakuisisinya Joyseed Gametribe oleh iCandy, hal tersebut juga terjadi pada mereka. Namun keuntungannya adalah, ketika menyampaikan perencanaannya ke akuisitor, karena mereka sudah lebih berpengalaman dalam industri game, justru menjadi banyak feedback atau arahan yang diberikan pada tim Boy. Selain itu, karena networking mereka juga sudah pasti lebih luas, justru jadi banyak hal yang terbantu dengan adanya koneksi tersebut. Jadi selain mendapatkan modal untuk membuat game dan bisa merekrut talent yang capable, juga sekaligus mendapatkan mentorship dari akuisitor serta networking yang luas juga. Ketika ditanyakan, setelah 2 tahun ini, apakah lebih baik berdiri sendiri atau tetap diakuisisi oleh perusahaan lain, jawaban Boy adalah kembali pada visi kalian dari awal membuat startup. Jika memang dari awal ingin semuanya milik sendiri atau berdiri sendiri, maka berarti sebaiknya tidak diakuisisi atau mencari investor. Tetapi kembali lagi, walaupun tujuan utama investor adalah mencari return, bukan berarti kita juga hanya melihat uang mereka saja, tetapi bisa melihat dari perspektif lainnya seperti channel distribusi mereka, dan sebagainya. Setelah membaca artikel di atas, bagaimana pemikiran kalian sebagai sebuah game developer startup? Apakah pikiran kalian menjadi lebih terbuka mengenai investasi atau akuisisi ini?